Friday 26 June 2009

Pria Membayangkan Seks Setiap 7 Detik?

Sabtu, 20 Juni 2009 | 17:57 WIB

KOMPAS.com - Banyak mitos seputar seks yang beredar di masyarakat. Ada yang benar, ada yang tidak. Tak ada salahnya untuk mengetahui mana yang secara ilmiah benar, dan mana yang tak bisa diterangkan, untuk menambah pengetahuan kita. Apakah pengetahuan Anda mengenai mitos-mitos tersebut sudah cukup baik?

1. Tidak dapat hamil jika berhubungan badan di dalam air.
Jika seorang wanita sehat dan seorang pria sehat berhubungan badan tanpa alat kontrasepsi, maka si wanita bisa hamil. Begitu pula jika hubungan badan tersebut dilakukan di dalam air. Jika ada sperma yang hidup dan sehat bertemu dengan sel telur bertemu di dalam rahim wanita, maka si wanita tetap berpotensi hamil. Mitos ini bisa dinilai salah.

2. Pria tak bisa berpura-pura orgasme
“Mereka bisa, dan mereka melakukannya. Dalam sebuah studi yang dilakukan di University of Kansas, sebanyak 35 persen pria mengakui mereka berpura-pura orgasme. Bahkan ada yang melakukannya saat oral seks. Tentu saja para pria tak bisa memalsukan ejakulasi, namun mereka bisa berpura-pura ketika melenguh dan melakukan gerakan tertentu. Mengapa? Seperti wanita, mereka pun bisa lelah, stres, juga karena sulit mencapai klimaks, namun tetap ingin membuat pasangannya merasa senang.

3. Seks oral 100 persen aman
“Transmisi virus HIV melalui seks oral memang jarang, tapi Anda akan tetap bisa tertular penyakit seksual, seperti gonorea (penyakit kencing nanah) dan herpes. Dalam sebuah laporan studi terbaru menemukan bahwa wanita yang pernah melakukan seks oral dengan 6 orang pria atau lebih memiliki risiko tinggi terkena kanker oral. Kemungkinan ini diakibatkan oleh infeksi dari virus human papillomavirus, yakni virus penyebab kanker rahim. Jika memang akan melakukannya, cobalah untuk menggunakan kondom yang memiliki rasa.

4. Pria memikirkan tentang seks tiap 7 detik
Asumsikan bahwa pria memiliki waktu 16 jam dalam keadaan terjaga dalam sehari. Jika ia memikirkan seks setiap 7 detik, maka ini berarti ia memikirkan tentang seks sebanyak 57.000 kali sehari. Jumlah ini kurang lebih sebanyak jumlah seorang manusia bernapas kala ia terjaga (tidak sedang tidur). Faktanya, jika seseorang memikirkan tentang seks sesering itu dalam sehari, ia tak akan mampu melakukan hal apa pun (dan tentunya akan membuat orang tersebut gila).

5. Wanita tak bisa berhubungan badan saat sedang hamil besar
“Kecuali dokter kandungan melarangnya, wanita yang hamil pun masih bisa melakukan seks. Faktanya, riset membuktikan bahwa wanita hamil yang melakukan hubungan badan bisa mencegah kelahiran dini. Bahkan ada sebagian wanita yang merasakan orgasme pertama mereka ketika sedang hamil, mungkin karena adanya perubahan tingkat hormone. Posisi adalah kuncinya. Kebanyakan wanita hamil menyatakan bahwa posisi sendok dan woman-on-top adalah yang terbaik.

6. Wanita hanya masturbasi ketika mereka masih single
Tak benar! Dalam riset terkini dilaporkan, bahwa lebih dari 40 persen wanita bersuami pun sering melakukan masturbasi. Bonusnya, wanita yang masturbasi saat sudah memiliki suami dilaporkan lebih puas dalam berhubungan badan. Mungkin karena mereka jadi lebih paham titik-titik sensitif mereka sendiri, sehingga bisa mengarahkan suaminya.

Apakah ada mitos lain seputar seks yang pernah Anda dengar dan belum menemukan penjelasannya?


NAD
Sumber : Glamour
http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/06/20/17570884/pria.membayangkan.seks.setiap.7.detik

Perempuan Harus Peduli Seks!

Senin, 20 April 2009 | 15:56 WIB
Masalah seksual dapat merembet menjadi masalah rumah tangga.

KOMPAS.com - Jika menyebut gangguan fungsi seksual, biasanya kita langsung menunjuk laki-laki. Obat kuat yang beredar di pasaran, mulai apotek ternama hingga warung gerobak di pinggir jalan, diperuntukkan bagi kaum laki-laki. Kita belum pernah mendengar obat kuat untuk perempuan. Kemungkinan karena sedikit yang tahu perempuan bisa mengalami gangguan seksual seperti halnya pria.

Padahal, faktanya berbalik 180 derajat. Angka disfungsi seksual perempuan justru lebih banyak daripada pria. Ini dibuktikan lewat beberapa penelitian. Salah satunya dimuat dalam Journal American Medical Association (JAMA) yang mengatakan, angka terganggunya fungsi aktivitas seksual pada perempuan mencapai 43% berbanding 31% pada laki-laki. Di Indonesia, hasil survei Subbagian Urologi FKUI/RSCM pada 2001 terhadap 560 responden perempuan, sebanyak 84%-nya mengalami gangguan seksual. Penelitian tersebut memerlukan pendalaman lebih lanjut, karena boleh jadi angkanya lebih tinggi.

Tingginya angka tersebut, menurut dr. Nuke Febriana, konsultan On Clinic Women Jakarta, karena seks masih dianggap tabu oleh sebagian besar kaum perempuan di tanah air. Anggapan tidak etis, memalukan, jorok, dan ungkapan negatif lainnya akan melekat pada perempuan yang membicarakan masalah seksualnya. Selain itu, banyak perempuan menganggap seks bukan kebutuhan primernya. Tidak heran banyak perempuan yang mengalami gangguan seksual memilih memendam masalahnya dalam-dalam. Padahal, masalah seksual dapat merembet menjadi masalah rumah tangga.

Itulah mengapa, perempuan sebaiknya mau mengakui seks sebagai kebutuhan dasar atau primer manusia dewasa. Saat melakukan seks dan mencapai orgasme, tubuh mengeluarkan endorfin, yaitu sejenis morfin internal tubuh yang memberi efek relaksasi, menurunkan tingkat stres, mempertahankan kemudaan, vitalitas, kesegaran, bahkan menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke.


http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/04/20/15564584/perempuan.harus.peduli.seks

Mengenal disfungsi seksual

Disfungsi seksual perempuan memang berbeda dari apa yang dialami laki-laki. Saat organ vital laki-laki tidak dapat "berdiri", begitu mudahnya kita mengatakan laki-laki itu mengalami impotensi (disfungsi seksual). Nah, pada perempuan beda. Bisa jadi organ seksualnya berfungsi, tetapi secara medis dia mengalami disfungsi seksual. Selain itu, pada laki-laki, pengertian antara libido dan hasrat cukup tipis dan sulit dibedakan. Ini berbeda jika istilah itu diterapkan pada perempuan.

Untuk membahas lebih lanjut, mari kita ketahui empat jenis gangguan seksual yang biasa dialami perempuan, yaitu:

1. Desire Disorder (Gangguan Hasrat)
Dibagi menjadi dua, yang ringan yaitu HSDD (hypoactive sexual desire disorder) atau menurunnya gairah bercinta. Fantasi dan minat terhadap aktivitas seksual menurun atau menghilang. Hal ini bisa dialami perempuan pascamelahirkan karena misalnya mengalami baby blues syndrome, kelelahan fisik yang berlebihan karena mengasuh bayi, juga karena produksi hormon yang belum normal sehingga terjadi fluktuasi peredaran darah.

Yang kedua adalah sexual aversion disorder, yaitu menolak melakukan seks lantaran mengalami trauma atau takut. Penyebab lainnya, hubungan rumah tangga yang tidak harmonis, seperti perasaan tertekan oleh suami karena sering dimarahi, direndahkan, atau suami selingkuh. Beberapa obat-obatan tertentu yang digunakan dalam pengobatan hipertensi, kejang, dan lainnya diduga dapat menurunkan libido perempuan.

2. Arrousal Disorder (Gangguan Libido)
Bisa juga dikatakan sebagai gangguan rangsang. Anda tidak menolak saat diajak berintim-intim, tetapi selama kegiatan itu dilakukan Anda sulit terangsang. Terangsang tidaknya perempuan ditandai dengan ciri subjektif dan objektif. Subjektif ditandai dengan perempuan yang merasa, "Saya bergairah, saya senang, dan lain-lain." Sedangkan ciri objektif ditandai dengan respons fisik seperti jantung berdebar-debar, muka kemerahan, nafas menggebu, dan ciri yang paling utama adalah basahnya vagina. Adanya gangguan ini biasanya ditandai dengan vagina yang tetap kering meskipun stimulus ada.

3. Orgasmic Disorder (Gangguan Orgasme)
Gangguan ini dibedakan menjadi disorgasmia (sulit mencapai klimaks) dan anorgasmia (tidak pernah orgasme). Cedera tulang belakang bagian bawah bisa menyebabkan gangguan orgasme pada perempuan. Di bagian itu terdapat jaringan saraf yang dapat memberikan sensasi orgasme. Penyebab sulit orgasme lainnya bisa jadi karena masalah psikis, trauma, kurangnya fore play, dan lain-lain.

4. Gangguan Nyeri
Gangguan nyeri yang bisa dialami di antaranya dispareunia, sebuah gangguan yang umum dialami ibu pascamelahirkan. Gangguan yang dapat memicu nyeri lainnya antara lain adanya tumor, trauma, alat kontrasepsi di vagina, dan vaginismus (kontraksi yang menyebabkan liang vagina menyempit sehingga tidak memungkinkan terjadinya penetrasi), dan lain-lain.

Terapi tergantung penyebabnya

Terapi disfungsi seksual akan dilakukan berdasarkan penyebabnya. Biasanya terapi merupakan kombinasi antara konseling dan obat-obatan. Dalam konseling akan dicari akar permasalahan yang menjadi pemicu gangguan psikis. Tentu saja Anda harus jujur menjawab pertanyaan seputar hubungan dengan pasangan dan wawasan seksual.

Obat-obatan yang dipakai jika terdapat gangguan fisik yang berhubungan dengan organ seksual. Tujuannya melancarkan aliran darah agar hasrat dan libido kembali normal. Upaya lain yang biasanya dilakukan adalah mengobati penyakit yang mengganggu fungsi seksual (jika ada) dan tentu saja menerapkan pola hidup sehat.

Kapan Anda harus berkonsultasi pada para ahli? "Berkonsultasilah jika gangguan seksual sudah terjadi secara berulang, ada perasaan tertekan, atau hubungan seksual yang dijalani tidak lagi dirasa memuaskan," ungkap Nuke.

Ia pun mengingatkan, gangguan seksual seseorang akan berpengaruh pada kemampuan seksual pasangannya. Hubungan tak harmonis dapat menyebabkan hilang hasrat, akibatnya gairah pun padam, dan orgasme tidak didapatkan. Sebaliknya, kesulitan orgasme bisa menurunkan libido pasangan, yang ujung-ujungnya membuat hubungan dengan pasangan tidak harmonis. Sudah saatnya Anda peduli pada kesehatan seksual Anda.

Mengenal Gangguan Seksual

Jumat, 29 Mei 2009 | 14:10 WIB

Fungsi seksual, menurut pakar seksologi Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali, dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis. Kalau kedua faktor ini baik, fungsi seksual juga baik.

Yang dimaksud dengan faktor fisik adalah ada tidaknya penyakit, pola hidup sehat, atau ada tidaknya pengobatan yang didapat untuk mendukung fungsi organ tubuh. Sementara itu, faktor psikis misalnya stres, kejenuhan, dan suasana hubungan pribadi dengan pasangan.

Nah, apa saja gangguan seksual yang kerap terjadi?

1. Pada wanita:

- Gangguan dorongan seksual, misalnya dorongan seksual hipoaktif dan ketidaksenangan terhadap aktivitas seksual.

- Gangguan bangkitan seksual, yaitu pelendiran vagina yang kurang meskipun sudah dalam keadaan cukup terangsang.

- Tidak bisa atau sulit untuk mencapai orgasme saat berhubungan seksual.

- Rasa sakit atau tidak nyaman di kelamin dan sekitarnya setiap kali berhubungan seksual.

2. Pada pria:
- Gangguan dorongan seksual, misalnya akibat penyakit fisik atau psikis.

- Disfungsi ereksi, misalnya karena menderita diabetes melitus.

- Gangguan ejakulasi, yaitu ejakulasi dini atau justru ejakulasi yang terhambat.

- Gangguan orgasme, yaitu tidak bisa merasakan orgasme.

Berikut beberapa kiat mencegah gangguan fungsi seksual yang ditawarkan Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, Sp.And:

1. Selalu ingat bahwa kehidupan seksual adalah milik bersama dan dibina bersama pasangan.

2. Bersikap dan bicaralah secara terbuka apa adanya.

3. Jaga kesehatan tubuh dan jiwa.

4. Hindari gaya hidup tak sehat, misalnya rokok, stres, kurang tidur, pola makan tidak baik, dan tidak berolahraga.

5. Jangan tergoda untuk menggunakan obat/ramuan yang tidak jelas isi dan indikasinya.

6. Jagalah keseimbangan antara kesibukan dan rileksasi.

7. Selalu usahakan untuk memiliki waktu khusus hanya berdua bersama pasangan.

8. Jangan melakukan hubungan seksual sebagai hal yang rutin.


http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/05/29/14104048/mengenal.gangguan.seksual


Wah! 70 Persen Wanita Pernah Alami Disfungsi Seksual

Jumat, 26 Juni 2009 | 09:19 WIB

KOMPAS.com — Sebanyak 70 persen wanita pernah mengalami gangguan seksual dan 22 persen merasa sangat peduli dengan masalah tersebut. Demikian survei yang dilakukan oleh National Women's Health Resource Center dan The Association of Reproductive Health Profesionals, AS.

Yang termasuk gangguan seksual dalam survei tersebut meliputi kehilangan gairah untuk melakukan hubungan seksual, tidak bisa terangsang, sulit mencapai orgasme, sakit saat penetrasi, vagina yang kering, atau terlalu bergairah.

Menurut responden, gangguan seksual itu mengganggu hubungan dengan pasangan sebanyak 44 persen, berkurangnya rasa percaya diri (43 persen), dan kestabilan mental (42 persen). Sebanyak 66 persen responden mengaku, gangguan seksual juga menyebabkan stres dan kecemasan. Selain itu, 28 persen mengatakan pola tidur mereka terganggu dan 25 persen terpengaruh berat badannya.

Untuk mencari informasi mengenai gangguan seksual yang dialami, 35 persen menggunakan internet dan 32 persen mendiskusikannya dengan pasangan. Walaupun mayoritas menjawab lebih nyaman berkonsultasi dengan dokter, hanya 18 persen yang mengunjungi dokter saat mereka mengalami disfungsi seksual.

"Gangguan seksual sebenarnya bisa diatasi lewat perubahan gaya hidup, konseling, dan mengikuti terapi. Kami menyarankan para wanita untuk bicara dengan pasangan atau tenaga medis saat mengalami masalah seksual," kata Elizabeth Battaglino, Direktur Penelitian.

Meskipun survei ini diadakan di AS, sebenarnya gangguan seksual tersebut juga banyak dialami oleh wanita secara global.


AN
Sumber : healthdaynews
http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/06/26/09194495/wah.70.persen.wanita.pernah.alami.disfungsi.seksual

Bila Vagina Kering

Senin, 1 Juni 2009 | 16:43 WIB

KOMPAS.com — Si dia sudah menyentuh Anda dengan segala macam cara. Namun vagina Anda tak juga mengeluarkan cairan pelumas alaminya. Akibatnya, penetrasi pun batal dilakukan karena si dia khawatir, Anda bakal kesakitan.

Banyak hal yang menyebabkan vagina kering. Namun, vagina kering paling sering diasosiasikan dengan menopause dan terapi hormon. Zaman sekarang wanita muda pun banyak yang mengalami hal ini, dengan penyebab terbanyak karena alat kontrasepsi oral yang dikonsumsi. Hal ini bisa terjadi karena alat kontrasepsi seperti pil meregulasi estrogen selama sebulan penuh. Tanpa ada alur hormon alami yang naik-turun (ditandai dengan keluarnya cairan lubrikasi), respons tubuh terhadap keinginan seksual bisa berubah.

Kemoterapi; stres; semprotan pembasuh kelamin di toilet; menyusui; obat-obatan seperti antihistamin, antidepresan, dan yang sejenisnya bisa memicu vagina kering. Hal ini juga bisa menjadi gejala awal kondisi medis atau masalah emosional seseorang. Jadi, jangan lupa untuk berkonsultasi dengan dokter jika hal ini mulai mengganggu dan mengkhawatirkan, apalagi jika kekeringan pada vagina tersebut disertai rasa terbakar, gatal, sakit, atau kekeringan tetap ada meski sudah diberi pelumas buatan.

Berikut adalah langkah-langkah yang bisa Anda lakukan untuk membantu mengatasi kekeringan pada vagina;
1. Untuk membantu mengurangi kekeringan pada tubuh, banyak-banyaklah minum air. Tak hanya itu saja, menambah asupan air pada tubuh bisa membantu kinerja dan metabolisme tubuh lebih baik.

2. Jangan merokok. Merokok akan menyerang hormon estrogen wanita. Padahal hormon tersebut bertanggung jawab untuk menjaga vagina tetap sehat dan berpelumas.

3. Menurut Drs Andrew Weil dan James Duke lewat penelitian mereka yang diterbitkan di Health Journal, ada beberapa obat herbal yang bisa membantu kondisi seksual dan reproduksi wanita, yakni dong quai, fennel and fenugreek, chasteberry, black cohosh, dan vitamin E. Vitamin E bisa diaplikasikan secara topikal sebagai lubrikan. Namun, ada beberapa orang yang sensitif terhadap vitamin E, jadi pastikan untuk mencobanya terlebih dulu di area lain.

4. Pilih makanan yang tinggi phytoestrogen, seperti kedelai, apel, kacang-kacangan, flaxseed (semacam tumbuhan rami), seledri, alfalfa, dan gandum whole grain.

5. Pilih produk perawatan tubuh tanpa bahan kimia, atau kurangi penggunaan bahan kimia yang bisa mengiritasi kulit atau tubuh. Perhatikan label-label yang tertera pada sabun, lotion, deterjen, kertas toilet, pembalut, tampon, dan lainnya. Wewangian tambahan dan bahan kimia yang sering ditemukan dalam produk-produk tadi bisa mengiritasi jaringan kulit yang sensitif, seperti vagina.

6. Banyak terdapat produk lubrikan untuk membantu Anda. Namun, jika Anda khawatir dengan kandungannya, Anda bisa membuatnya sendiri. Berikut adalah tips pembuatan cairan lubrikan buatan sendiri dari seorang bidan bernama Aviva Romm dari Amerika yang belajar di Yale University.
4 sendok teh cocoa butter
4 sendok teh minyak kelapa
2 sendok teh minyak almon
10 tetes minyak esensial sandalwood
10 tetes minyak esensial vanila
Campur bahan-bahannya, simpan di dalam botol kaca, aplikasikan setiap kali dibutuhkan.

7. Salah satu cara untuk meningkatkan cairan vagina adalah dengan ludah yang tentunya lebih aman. Cobalah minta suami Anda untuk menstimulasi dengan oral, atau lakukan posisi 69 atau fellatio, yakni saling menstimulasi oral. Dengan begini, vagina tak hanya basah karena ludah, tetapi juga akan membuat Anda semakin terangsang dan mengeluarkan cairan pelicin secara alami.

8. Jangan tinggalkan seks. Aktivitas seksual yang rutin akan menambah aliran darah ke area genital Anda, yang tentunya juga akan meningkatkan jumlah cairan lubrikasi Anda.


NAD
Sumber : yahoo
http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/06/01/16430728/bila.vagina.kering

Cara Aman Melakukan Seks Oral

Senin, 22 Juni 2009 | 15:25 WIB

KOMPAS.com — Meskipun sudah ada berbagai peringatan seputar seks oral, misalnya bisa menyebabkan penularan virus penyakit, orang tidak lantas mengurangi aktivitas seks jenis ini. Maklumlah, banyak pasangan menganggap seks oral lebih memberikan rasa intim daripada intercourse-nya sendiri. Rangsangan klitoral secara langsung pada seks oral menyebabkan wanita lebih mudah mencapai orgasme, dibandingkan dengan melakukannya secara intercourse. Di lain pihak, kaum pria pun mendapatkan kenikmatan yang lebih intens dengan seks oral.

Namun bagi banyak pasangan lain, seks oral merupakan suatu tantangan tersendiri. Seks oral tidak akan dapat terjadi jika Anda masih malu-malu dengan pasangan. Untuk dapat melakukannya, lebih dulu kita harus merasa nyaman dengan si Mr P. Sedangkan bila Anda menjadi pihak yang menerima "layanan" tersebut, Anda pun harus merasa nyaman dengan Ms V Anda sendiri. Bila tidak nyaman, kita tidak akan mendapatkan kenikmatan yang diinginkan, atau memberikan kepuasan yang diharapkan pasangan.

"Oral sex memang merupakan salah satu aktivitas seksual yang paling erotis, menyenangkan, dan memuaskan, yang dapat Anda lakukan," jelas Dr Ava Cadell, sex therapist dan penulis buku The Pocket Idiot's Guide to Oral Sex. "Itu adalah satu bagian yang dibutuhkan untuk menjadi pecinta yang hebat. Jadi jika yang satu menginginkan, sedangkan yang lain menolak, hal itu bisa menyebabkan hubungan menjadi kacau."

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar 90 persen pria dan wanita pernah melakukan oral sex dalam hidup mereka. Memang tidak berarti mereka masih melakukannya secara rutin, atau apakah mereka langsung menyukainya. Mengapa ada sebagian di antara mereka yang tidak melakukan atau bahkan ingin mencobanya, tak lain karena rasa khawatir akan higienitasnya. Yang lain tidak menyukai "rasanya" (meskipun sekarang sudah ada kondom beraneka rasa). Yang lainnya lagi khawatir tidak mampu melakukannya dengan baik. Sisanya cukup mengatakan bahwa menempatkan wajah begitu dekat pada bagian tubuh yang biasanya ditutupi adalah hal yang tidak menyenangkan.

Saling berkompromi

Kita memang tidak perlu melakukan sesuatu yang tidak nyaman untuk kita, namun tak ada salahnya kita melakukan sesuatu untuk mengatasi kendala yang membatasi kenikmatan Anda maupun pasangan, bukan? Percaya tidak, hampir semua keengganan Anda mengenai oral sex ternyata dapat diatasi dengan penjelasan yang simpel.

"Jika Anda mempertanyakan kebersihan, Anda bisa kok mandi dulu bersama pasangan," kata Ian Kerner, penulis buku She Comes First and He Comes Next. "Jika seorang pria tidak suka melakukan seks oral untuk pasangannya, ia perlu tahu bahwa vagina itu memiliki self-cleaning ecosystem," jelasnya. Di lain pihak, tambahnya, jika wanita mengombinasikan oral seks dengan stimulasi manual (dengan tangan) untuk menghindari perasaan ingin tersedak, dan meminta pasangannya untuk tidak mendorong terlalu dalam, mereka bisa tetap berkompromi. Anda hanya perlu melakukannya perlahan-lahan.

Hal lain yang perlu Anda ketahui, pihak yang menerima seks oral seharusnya tidak menjadi satu-satunya yang menikmati sesi tersebut. Saat Anda memijat Mr P-nya, dan melihat betapa si dia menikmatinya, juga memberikan rangsangan tersendiri bagi Anda. Bahkan bila Anda suka memberikan seks oral untuk pasangan namun Anda sendiri tidak menyukainya—alias satu arah—pun tidak jadi masalah. Namun, Anda bisa mencoba mengenali penyebabnya. Sebab, "Orang-orang yang tidak menikmati seks oral biasanya memiliki hambatan psikologis," kata Dr Cadell.

Penyebabnya, karena salah satu pihak merasa terpaksa melakukannya. Misalnya, wanita yang sedang tidak mood untuk berhubungan seks, dipaksa memberikan seks oral (atau fellatio) kepada pasangannya. Atau, pria yang "bertekad" memberikan oral seks sampai pasangannya mencapai orgasme, padahal—lagi-lagi—pasangannya sedang tidak ingin berhubungan, atau merasa tidak nyaman melakukannya.

Jika memang Anda melakukan kompromi, seharusnya kompromi tersebut disetujui kedua belah pihak dan saling menyenangkan satu sama lain. "Jangan biarkan rasa takut menentukan apa yang harus Anda lakukan, tak terkecuali kesenangan seperti ini," demikian saran Dr Sharna L. Striar, sex therapist bersertifikasi yang berpraktik di New York City. "Seks oral harusnya menyenangkan, memberikan variasi, dan meningkatkan kenikmatan. Tetapi karena hal ini sangat intim sifatnya, Anda harus saling berkomunikasi mengenai apa yang diinginkan dan diperlukan."

Pastikan pula Anda sudah berkomunikasi sebelum melakukannya!


DIN
Sumber : Your Tango
http://perempuan.kompas.com/read/xml/2009/06/22/1525453/cara.aman.melakukan.seks.oral

Followers